Maros – Di balik hiruk-pikuk Ramadan di kota, ada kisah sederhana namun penuh makna di pelosok-pelosok desa. Setiap sore, menjelang azan Maghrib, sekelompok relawan dari Abu Darda dan Arunesia sibuk menurunkan kardus-kardus berisi air minum dari mobil bak terbuka. Mereka bergerak dari satu masjid ke masjid lainnya, memastikan bahwa jamaah di daerah terpencil memiliki seteguk air untuk membatalkan puasa mereka.

Bagi sebagian besar orang di kota, air minum saat berbuka mungkin adalah hal biasa, mudah didapat di meja makan atau warung terdekat. Namun, bagi warga di pelosok, terutama di daerah yang sulit air, segelas air bersih untuk berbuka adalah nikmat yang sangat berarti.
Pendistribusian air minum ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kebutuhan jamaah di pedesaan. Mereka menyadari bahwa tidak semua masjid memiliki akses mudah ke air bersih, apalagi dalam jumlah cukup untuk jamaah yang berbuka puasa bersama.
“Kami ingin memastikan bahwa saudara-saudara kita di pelosok juga bisa menikmati buka puasa dengan layak, minimal ada air bersih untuk mereka,” ujar Jalil, salah satu relawan yang aktif mendistribusikan air ke berbagai masjid kecil di desa-desa terpencil.
Setiap hari, para relawan ini berkeliling dengan kendaraan penuh dus-dus air mineral. Jalanan panjang, berkelok tidak menyurutkan niat mereka. Ada rasa puas saat melihat wajah-wajah jamaah tersenyum menerima bantuan sederhana ini.

Di salah satu masjid kecil di pedalaman Maros, suasana menjelang berbuka terasa lebih hangat. Anak-anak berlarian membawa gelas plastik, ibu-ibu sibuk menyiapkan takjil seadanya, sementara para pria tua duduk bersila menunggu azan.
Ketika air minum tiba, mereka menyambutnya dengan penuh syukur.
“Alhamdulillah, ini sangat membantu. Di sini kadang air sulit, apalagi saat Ramadan. Terima kasih banyak,” ujar salah satu jamaah dengan wajah berbinar.
Bagi mereka, air bukan sekadar pelepas dahaga, tapi juga simbol kepedulian. Setiap teguk adalah doa bagi para donatur dan relawan yang telah bersusah payah membawa kebaikan ke tempat mereka.

Program distribusi air minum ini bukan hanya tentang memberikan bantuan, tetapi juga membangun semangat berbagi dan kebersamaan di bulan suci. Para relawan berharap inisiatif ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli terhadap kebutuhan masyarakat di daerah terpencil.
“Kadang yang dibutuhkan bukan sesuatu yang besar. Hal kecil seperti air minum pun bisa membawa kebahagiaan,” kata Jalil.
Saat azan Maghrib berkumandang, gelas-gelas pun terangkat, doa-doa dipanjatkan, dan senyum merekah di wajah-wajah yang bersyukur. Di balik kesederhanaannya, pendistribusian air minum ini adalah bentuk nyata dari keberkahan Ramadan—di mana setiap tetes kebaikan, sekecil apa pun, dapat menjadi pelepas dahaga bagi mereka yang membutuhkan.